Teori
Kepribadian Sehat Menurut Rogers
1902 - 1987
Rogers (1902-1987)
menjadi terkenal berkat metode terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang
berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luasdi
kalangan pendidikan,bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat
memegangasumsinyabahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah,
subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).
1. Perkembangan
Kesehatan Mental Menurut Carl Rogers
Carl
Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang
berpusat pada klien (client
centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama
bertahun-tahun. Teori Rogers
mirip dengan pendekatan Freud, namun pada
hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia
pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan
mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara , kejahatan,
dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah.
2. Kepribadian
Sehat Menurut Carl Rogers
Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu
berfungsi sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi,
kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi
sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas,
kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri
sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang
bukan dirinya.
3. Konsep Kepribadian Menurut Rogers
Konsep teori tentang kepribadian Rogers (Rogers dalam Corsini, 2011)
mengacu pada sembilanbelas pokok pikiran tentang kepribadian, yaitu:
1.
Semua individu (organisme) berada di dunia
pengalaman yang terus berubah. Pada konteks tersebut, individu tersebut adalah
pusat perubahan.
2.
Individu atau organisme bereaksi terhadap perubahan
fenomena sebagaimana hal tersebut dirasakan atau dipersepsikan. Fenomena yang
dipersepsikan tersebut adalah realitas bagi individu.
3.
Organisme bereaksi sebagai satu unit yang
utuh terhadap bidang fenomena.
4. Individu memiliki kecenderungan dan upaya untuk
mengaktualisasikan, menjaga dan memelihara status sebagai organisme yang terus
memberikan makna atas pengalaman.
5. Beberapa bagian dari keseluruhan ruang yang dipersepsi
secara bertahap akan dipisahkan dan menjadi sesuatu yang disebut diri (self).
6. Sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan –dan
lingkungan sebagiannya adalah hasil interaksi dengan individu lain– self
terbentuk, cair tapi konsisten pada persepsi tentang karakteristik dan
hubungan antara aku (I sebagai subyek) dan aku lian (me sebagai obyek) bersama
dengan pelbagai nilai yang terselip pada konsep-konsep tersebut.
7. Sudut pandang terbaik untuk memahami kepribadian
subyek tertentu mengacu pada kerangka yang mengacu langsung kepada individu.
8. Perilaku secara prinsipil merupakan upaya yang
diarahkan untuk memenuhi pelbagai kebutuhan sebagai sesuatu yang dialami pada
ruang pengalaman langsung yang dipersepsi.
9. Emosi menyertai dan memfasilitasi tujuan yang
mengarahkan perilaku. Sementara bentuk emosi berhubungan dengan jenis perilaku
yang dianggap berpengaruh untuk mempertahankan keberadaan individu.
10.
Nilai melekat pada pengalaman, sementara nilai
menjadi bagian langsung dari struktur diri (self) dan nilai-nilai yang
merupakan bagian dari struktur diri.
11.
Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu
beroperasi dengan cara:
a) Disimbolkan, dirasakan dan disusun
dalam beberapa hubungan langsung dengan diri;
b) Diabaikan karena tidak ada hubungan yang dirasakan secara
langsung pada struktur diri (self);
c) Indvidu menolak simbolisasi pengalaman karena tidak konsisten
dengan struktur diri (self) tersebut.
12.
Hampir seluruh model perilaku yang diterima oleh
individu adalah bentuk yang sesuai dan konsisten dengan konsep diri.
13. Perilaku dapat disebabkan oleh pengalaman
organik dan kebutuhan yang belum disimbolisasikan pada self.
14.
Penyesuaian psikologis terjadi apabila
ketika konsep diri, seperti pengalaman viseral dan sensorik
berasimilasi pada tingkat simbolis ke dalam hubungan yang
konsisten dengan konsep diri pada individu.
15.
Kegagalan menyesuaikan diri secara
psikologis ada terjadi apabila individu menyangkal pengalaman sensoris dan
viseral. Akibatnya pengalaman tersebut tidak tersimbolisasikan and tertata pada
struktur kepribadian. Situasi ini menyebabkan ketegangan atau potensi
ketegangan psikologis.
16.
Pelbagai pengalaman yang tidak sesuai dengan
struktur kepribadian individu dinilai sebagai ancaman. Sikap ini dimunculkan
untuk mempertahankan situasi kepribadian atau self itu sendiri.
17. Self, pada situasi tertentu akan mengevaluasi
pengalaman yang tidak konsisten dengan struktur kepribadian. Penilaian terhadap
pengalaman tersebut akan direvisi. Hal ini terjadi apabila pengalaman yang tidak
sesuai tersebut muncul dengan tidak menimbulkan ancaman atas struktur self itu
sendiri.
18.
Ketika pengalaman sensoris tertentu diterima dan
dipersepsi lalu disatukan ke dalam satuan sistem kepribadian, maka
kecenderungan lain yang muncul adalah self akan lebih memahami keberadaan
sesuatu yang lian dan memahami keberadaan individu lain sebagai yang terpisah
dari dirinya.
19.
Karena individu memiliki sistem untuk mempersepsi dan
menerima pelbagai pengalaman ke dalam struktur kepribadian, maka ia akan
menyadari telah mengganti atau memperbaharui nilai-nilai terkini.
Rogers memiliki konsep kepribadian individu yang
secara utuh berfungsi (fully functioning person). Konsep ini akan dijelaskan
pada bagian tujuan terapi menurut Rogers.
Daftar Pustaka
Corsini,.
R.,J & Wedding,. D. (2011). Current Psychoterapist. Belmont: Brooks Cole
CengageLearning.
Rogers,.
C. (1961). On becoming a person: A therapist’s view of psychotherapy.
London: Consta.
Schultz,
Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
0 komentar:
Posting Komentar