Selasa, 12 April 2016

Tokoh-Tokoh Kepribadian Sehat (II)

Teori Kepribadian Sehat Menurut Rogers


1902 - 1987

Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metode terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luasdi kalangan pendidikan,bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegangasumsinyabahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).

1. Perkembangan Kesehatan Mental Menurut Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara , kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.

2. Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers

Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas, kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya.



3. Konsep Kepribadian Menurut Rogers
Konsep teori tentang kepribadian Rogers (Rogers dalam Corsini, 2011) mengacu pada sembilanbelas pokok pikiran tentang kepribadian, yaitu:
1.      Semua individu (organisme) berada di dunia pengalaman yang terus berubah. Pada konteks tersebut, individu tersebut adalah pusat perubahan.
2.      Individu atau organisme bereaksi terhadap perubahan fenomena sebagaimana hal tersebut dirasakan atau dipersepsikan. Fenomena yang dipersepsikan tersebut adalah realitas bagi individu.
3.      Organisme bereaksi sebagai satu unit yang utuh terhadap bidang fenomena.
4.  Individu memiliki kecenderungan dan upaya untuk mengaktualisasikan, menjaga dan memelihara status sebagai organisme yang terus memberikan makna atas pengalaman.
5.    Beberapa bagian dari keseluruhan ruang yang dipersepsi secara bertahap akan dipisahkan dan menjadi sesuatu yang disebut diri (self).
6.   Sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan –dan lingkungan sebagiannya adalah hasil interaksi dengan individu lain– self terbentuk, cair tapi konsisten pada persepsi tentang karakteristik  dan hubungan antara aku (I sebagai subyek) dan aku lian (me sebagai obyek) bersama dengan pelbagai nilai yang terselip pada konsep-konsep tersebut.
7.  Sudut pandang terbaik untuk memahami kepribadian subyek tertentu mengacu pada kerangka yang mengacu langsung kepada individu.
8.  Perilaku secara prinsipil merupakan upaya yang diarahkan untuk memenuhi pelbagai kebutuhan sebagai sesuatu yang dialami pada ruang pengalaman langsung yang dipersepsi.
9.    Emosi menyertai dan memfasilitasi tujuan yang mengarahkan perilaku. Sementara bentuk emosi berhubungan dengan jenis perilaku yang dianggap berpengaruh untuk mempertahankan keberadaan individu.
10.  Nilai melekat pada pengalaman, sementara nilai menjadi bagian langsung dari struktur diri (self) dan nilai-nilai yang merupakan bagian dari struktur diri.
11.  Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu beroperasi dengan cara:
a) Disimbolkan, dirasakan dan disusun dalam beberapa hubungan langsung dengan diri;
b)  Diabaikan karena tidak ada hubungan yang dirasakan secara langsung  pada struktur diri (self);
c) Indvidu menolak simbolisasi pengalaman karena tidak konsisten dengan struktur diri (self) tersebut.
12.  Hampir seluruh model perilaku yang diterima oleh individu adalah bentuk yang sesuai dan konsisten dengan konsep diri.
13. Perilaku dapat disebabkan oleh pengalaman organik dan kebutuhan yang belum disimbolisasikan pada self. 
14.  Penyesuaian psikologis  terjadi apabila ketika konsep diri,  seperti pengalaman viseral dan sensorik berasimilasi pada tingkat simbolis ke dalam hubungan yang konsisten dengan konsep diri pada individu.
15.  Kegagalan menyesuaikan diri secara psikologis ada terjadi apabila individu menyangkal pengalaman sensoris dan viseral. Akibatnya pengalaman tersebut tidak tersimbolisasikan and tertata pada struktur kepribadian. Situasi ini menyebabkan ketegangan atau potensi ketegangan psikologis.
16.  Pelbagai pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur kepribadian individu dinilai sebagai ancaman. Sikap ini dimunculkan untuk mempertahankan situasi kepribadian atau self itu sendiri.
17. Self, pada situasi tertentu akan mengevaluasi pengalaman yang tidak konsisten dengan struktur kepribadian. Penilaian terhadap pengalaman tersebut akan direvisi. Hal ini terjadi apabila pengalaman yang tidak sesuai tersebut muncul dengan tidak menimbulkan ancaman atas struktur self itu sendiri.
18.  Ketika pengalaman sensoris tertentu diterima dan dipersepsi lalu disatukan ke dalam satuan sistem kepribadian, maka kecenderungan lain yang muncul adalah self akan lebih memahami keberadaan sesuatu yang lian dan memahami keberadaan individu lain sebagai yang terpisah dari dirinya.
19.  Karena individu memiliki sistem untuk mempersepsi dan menerima pelbagai pengalaman ke dalam struktur kepribadian, maka ia akan menyadari telah mengganti atau memperbaharui nilai-nilai terkini.
Rogers memiliki konsep kepribadian individu yang secara utuh berfungsi (fully functioning person). Konsep ini akan dijelaskan pada bagian tujuan terapi menurut Rogers.
Daftar Pustaka
Corsini,. R.,J & Wedding,. D. (2011). Current Psychoterapist. Belmont: Brooks Cole CengageLearning.
Rogers,. C. (1961). On becoming a person: A therapist’s view of psychotherapy. London: Consta.

Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

0 komentar:

Posting Komentar