Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu “psyche” yang
berarti “jiwa” dan “therapy” yang berarti “pengobatan”. Jadi “psikoterapi”
berarti “pengobatan jiwa” .Sampai saat ini psikoterapi dianggap sebagai aspek
murni psikiatri yang merupakan bagian integral dari praktek psikatri dan
relevant digunakan pada gangguan psikiatrik, Psikoterapi digunakan untuk
,meningkatkan sikap fleksibilitas, kebebasan, kebahagian dalam hidup mereka.
Psikoterapi merupakan usaha seorang terapis untuk
memberikan suatu pengalaman baru bagi orang lain. Pengalaman ini dirancang
untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengelola distres subjektif. Ini
tidak dapat mengubah problem pasien yang ada.Tetapi dapat meningkatkan penerimaan
diri sendiri, membolehkan pasien untuk melakukan perubahan kehidupan dan
menolong pasien untuk mengelola lingkungan secara lebih efektif.
Menurut
Semiun (2006), Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan
terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan
perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien, supaya membantu
pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam
hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
Menurut
Lewis R. Wolberg (1977), psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan
alat-alat psikologik terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan
emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional
dengan pasien, yang bertujuan :
Menghilangkan,
mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.
Memperantarai
perbaikan pola tingkah laku yang terganggu.
Meningkatkan
pertumbuhan serta mengembangkan kepribadian yang positif.
Psikoterapi
adalah suatu intervensi interpersonal, relational yang digunakan oleh
psikoterapis untuk membantu pasien atau klien dalam menghadapi problem-problem
kehidupannya. Biasanya hal ini meliputi peningkatan perasaan sejahtera
individual dan mengurangi pengalaman subjektif yang tidak nyaman. Psikoterapis
memakai suatu batasan tehnik-tehnik yang berdasarkan pengalamannya membangun
hubungan, perubahan dialog, komunikasi dan perilaku dan dirancang untuk
memperbaiki kesehatan mental pasien atau klien, atau memperbaiki hubungan
kelompok (seperti dalam keluarga).
Dalam masyarakat, praktek psikoterapi telah diterapkan bahkan
sudah dilembagakan. Fungsi psikoterapi sudah mulai banyak diterapkan oleh tokoh
masyarakat seperti guru, ulama, dll. Psikoterapi tidak hanya ditujukan kepada
orang yang terkena penyakit jiwa saja, akan tetapi lebih diperlukan oleh orang
yang sebenarnya menghadapi kesukaran-kesukaran hidup sehari-hari dan tidak
pandai menyelesaikan persoalan-persoalan yang disangkanya rumit.
Peran
psikoterapi dalam masyarakat adalah
Membantu
mengobati berbagai masalah psikologis atau gangguan kejiwaan yang terdapat di
tengah masyarakat, seperti gangguan depresi, kecemasan, fobia, dan sebagainya.
Di bidang
pendidikan, psikoterapi dapat menjadi teknik yang sesuai untuk diterapkan dalam
proses konseling sehingga dapat membantu para siswa untuk memahami potensi
diri, keterampilan, minat dan bakat, bahkan bisa juga untuk menangani masalah
yang terjadi antar siswa seperti bullying, krisis percaya
diri, dan sebagainya.
Psikoterapi
juga sangat bermanfaat untuk menangani masalah yang berkaitan dnegan
penyalahgunaan narkoba, alkolol, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Psikoterapi dijadikan sebagai teknik untuk menyembuhkan para mantan pecandu
obat-obat terlarang tersebut, sehingga ketika kembali ke tengah masyarakat,
mereka telah menjadi manusia yang memiliki keberfungsian positif.
Sumber :
Sadock, Benjamin James;
Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Edition, 925 – 931.
Rational Emorive Behavior Therapy (REBT) sebelumnya disebut dengan rational therapy dan rational emotive therapy, merupakan terapi yang komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris berdasarkan psikoterapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna.
REBT diciptakan dan dikembangan oleh Albert Ellis pada tahun 1950an , seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi an modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis danperson-centered therapy dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas dengan pendekatan dan hipotesis tingkah laku klien yang dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka. Hal inilah yang memotiviasi Ellis mengembangkan pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik. Ellis mengembangkan teori A-B-C, dan kemudian dimodifikasi menjadi pendekatan A-B-C-D-E-F yang digunakan untuk memahami kepribadian dan untuk mengubah kepribadian secara efektif. Pada tahun 1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive Behavior Therapy atau yang biasa kita singkat menjadi REBT. Sampai saat ini, REBT merupakan salah satu bagian daricognitive behavior therapy (CBT).
Pengertian Rational Emotive Behaviour Therapy
Menurut Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.
Selain itu menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku, serta menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan yang berakibat pada perubahan perasaan dan perilaku.
Tujuan Rational Emotive Behaviour Therapy
Tujuan rational emotive behavior therapy menurut Ellis, membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik yang berarti menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
Teknik-teknik Rational Emotive Behaviour Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. teknik-teknik Rational Emotive Behavior Therapy sebagai berikut :
a. Teknik-Teknik Kognitif
Adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut menerangkan ada empat tahap dalam teknik-teknik kognitif:
1) Tahap Pengajaran
Dalam REBT, konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidak logikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
2) Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Dan Konselor juga mencoba meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
3) Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.
4) Tahap Pemberian Tugas
Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya,menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.
b. Teknik-Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
1) Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
2) Teknik Self Modelling
Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.
3) Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.
c. Teknik-Teknik Behaviouristik
Terapi Rasional Emotif banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1) Teknik reinforcement
Teknik reinforcement (penguatan), yaitu: untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis denagn jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan yang irasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang lebih positif.
2) Teknik social modeling (pemodelan sosial)
Teknik social modeling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk membentuk perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan maslah tertentu yang telah disiapkan konselor.
Daftar pustaka:
Corey, G. (1998). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT. Eresco
Winkel, W. S. (2007). Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia
Sukardi, D. K. (2008). Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalam video tersebut, menjelaskan terlihat
seorang klien adalah seorang wanita yang bernama Hani duduk berhadapan dengan
seorang konselor yang bernama Nina di sebuah ruangan.
Hani mempunyai
masalah di tempat kerjanya yang telah dijalaninya selama enam tahun. Di kantor
hani mempunyai teman laki-laki tetapi ia masih baru bekerja di kantor tersebut
dibandingkan dengan Hani yang sudah enam tahun. Tetapi bos nya mereka malah
mengangkat jabatan teman laki-laki Hani tersebut dibandingkan dengan Hani. Hani
pun merasa tidak adil, bingung dan aneh dengan sifat bosnya tersebut yang
merasa jika laki-laki itu paling hebat. Hani merasa ia sudah bekerja dengan
bagus dan bahkan Hani merasa kerja ia sudah sangat bagus daripada yang lainnya
tetapi Hani tidak pernah naik jabatan.
Setelah klien
bercerita konselor merespon dengan meminta klien berpikir apakah memang cuman
Hani saja yang di beda-bedakan oleh bos di kantor atau sama saja dengan yang lainnya.
Saat ditanyakan seperti itu klien
langsung menjawab dengan nada ragu bahwa bukan hanya dia saja. Tetapi dia
bingung dan tidak terima dengan perlakuan bosnya terhadap dirinya karna dia sudah bekerja enam tahun tapi tidak
naik jabatan malah yang baru kerja tiga tahun saja sudah langsung naik jabatan
disitulah Hani tidak terima dengan perlakuan yang telah di buat oleh bosnya.
Kemudian, konselor memperjelas kembali dengan pertanyaan untuk meyakinkan klien
bahwa pikirannya selama ini itu benar atau tidak. Konselor juga mengerti
perasaan klien karena konselor dahulunya juga pernah merasakan seperti itu,
tetapi konselor menceritakan bahwa dia sadar bahwa performa kerja konselor
kurang bagus dan konselor juga mengatakan bahwa di zaman sekarang sudah tidak ada
lagi membedakan perempuan dan laki-laki. Setelah klien mendengar cerita dan
penjelasan dari konselor klien merasa apa performa kerja nya bagus atau tidak
ya.
Setelah klien merasa bahwa dirinya bekerja kurang
optimal, konselor memberikan klien tugas yaitu menuliskan hal-hal
yang menurut klien bentuk ketidak adilan. Kemudian konselor menyudahi sesi
terapi kali ini dan memberitahukan klien bahwa tugasnya akan dikumpulkan di
sesi berikutnya😉
Kaitan dengan Teori
Pada video tersebut
masalah yang dihadapi oleh klien diselesaikan dengan menggunakan rational emotive behavior therapy yang
diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis. Tujuan dari terapi ini adalah
membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang
lebih realistik yang berarti menunjukkan kepada klien bahwa
verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari
gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
Dalam terapi
ini ada beberapa teknik yang digunakan oleh terapis. Pada video tersebut
terapis menggunakan teknik kognitif yaitu teknik yang digunakan untuk mengubah
cara berfikir klien. pada teknik kognitif ini ada beberapa tahap yaitu:
1) Tahap Pengajaran
Setelah klien menceritakan semua apa permasalahan yang
sedang klien hadapi disini mulai konselor mengambil alih yaitu dengan memberikan
bagaimana ketidak logikaan berfikir klien terhadap bosnya yang telah mengangkat
jabatan juniornya.
2) Tahap Persuasif
Konselor mulai dengan mengubah pandangan klien terhadap
bosnya dan junior dikantornya karena pandangan klien yang diceritakan itu tidak
benar. Konselor meyakinkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar
3) Tahap Konfrontasi
Konselor mengubah ketidak logikaan berfikir klien terhadap
bos dan juniornya dikantor dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih
logika.
4) Tahap Pemberian Tugas
Konselor
memberikan tugas kepada klien yaitu diberikan suatu pekerjaan rumah yaitu
adalah dengan klien menuliskan hal-hal bentuk ketidak adilan apa saja yang klien alami.
Terapi psikoadinamik adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud. Tujuan psikodinamik adalah
menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme
pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan kecemasannya. Hal ini yang
paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-hal yang menekan
penderita. Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita skizofrenia sedang
tidak “kambuh”. Macam terapi psikoanalisa adalah:
1.Asosiasi Bebas
Suatu
metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan
emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu. Pada
teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan
dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya. Pada teknik ini, penderita
didukung untuk bisa berada dalam kondisi rileks baik fisik maupun mental dengan
car berbaring di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan
relaks atau tertidur, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada
saat itu secara verbal/lisan.
2.Analisis Mimpi
Suatu
prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan
memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
3.Penafsiran
Suatu
prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi,
resistensi-resistensi dan transferensi. Caranya dengan tindakan-tindakan
terapis untuk menyatakan, menerangkan dan mengajarkan klien makna-makna tingkah
laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan
hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran ini sendiri adalah mendorong
ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses pengungkapan
alam bawah sadar secara lebih jauh.
4.Analisis dan Penafsiran Resistensi
Ditujukan
untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi
sehingga dia bisa menanganinya. Resistensi
merupakan pengulangan semua operasi defensive yang telah digunakan pasien dalam
kehidupan masa lampaunya. Semua variasi gejala psikis mungkin digunakan untuk
tujuan resistensi dan resistensi itu beroperasi melalui ego pasien. Meskipun
beberapa aspek dari suatu resistensi mungkin sadar, namun suatu bagian yang
penting diadakan oleh ego tak sadar.
5.Analisis dan Penafsiran
Transferensi
Teknik utama dalam psikoanalisa karna mendorong klien untuk
menghidupkan embali ke masa lalunya dalam terapi. Analisis transferensi terjadi
kalau dalam pertemuan terapi terungkap adanyadispalcementdalam diri pasien. Hal itu terjadi
kalau pasien mengalihkan sasaran perasaan cinta atau bencinya kepada terapis
yang menanganinya. Transferensi itu menunjukkan kebutuhan pasien untuk
mengekspresikan kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar, terapis
sering jadi sasaran atau pengganti. Di sini terapis berusaha untuk menjelaskan
perasaan-perasaan yang sedang dialami atau yang diekspresikannya pada terapis,
sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai kesulitan yang
sedang dialami.
video:
Teknik terapi
behavioristik
Pada dasarnya, terapi
perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik dan peran, karena terapi ini
berkaitan dengan perilaku nyata. Para terapis mencoba menentukan stimulus yang
mengawali respons malasuai (gangguan nonpsikotik) dan kondisi lingkungan yang
menguatkan atau mempertahankan perilaku itu.
1.Disentisasi
Sistematis
Teknik
terapi ini dikembangkan oleh Joseph Wolpe. Digunakan pada orang-orang yang
memiliki kecemasan, phobia, dan penghindaran diri. Prosedur dalam teknik terapi
ini:
a. Klien
diminta untuk membuat hirarki ketakutan atau kecemasan (dari taraf rendah
hingga tinggi)
b. Masalah
dijelaskan oleh klien
c. Klien
mempelajari dan melakukan teknik relaksasi, maka dilakukan pula hirarki
kecemasan.
2.Exposure Therapy
Teknik ini
menghilangkan atau mengurangi perilaku menyimpang yang berkaitan dengan
kecemasan. Prosedur pada teknik ini ialah klien langsung dihadapkan pada
stimulus atau situasi yang membuatnya menjauh atau takut. Terapi ini dapat
dilakukan dalam kehidupan nyata (in vivo) atau dibayangkan (in
imagino).
3.Assertiveness Training
Teknik ini
dilakukan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan bahwa
menegaskan diri adalah tindakan yang benar. Latihan atau teknik ini dapat
membantu orangorang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan atau kemarahan
karena tersinggung dan memiliki kesulitan dalam mengatakan tidak.
4.Manajemen Kontingensi
Teknik ini
menggunakan teori pengkondisian operan Skinner. Manajemen kontingensi
menggunakan kontrak tertulis formal antara klien dan terapis yang mencantumkan
sasaran perubahan perilaku, bala bantuan, penghargaan yang diberikan, dan
hukuman bila gagal memenuhi tuntutan perjanjian.
5.Token Ekonomi
Strategi
pembentukan perilaku ini bergantung pada penguatan untuk memodifikasi perilaku.
Klien dipebolehkan untuk mendapatkan token yang dapat ditukar dengan hak-hak
istimewaatau barang-barang yang diinginkan. Teknik ini biasa digunakan di kelas
normal, seperti TK, tempat rehabilitasi, penjara, dan lain-lain.
6.Aversion Therapy
Teknik
aversion merupakan terapi yang paling kontroversi. Teknik ini digunakan untuk
meredakan gangguan perilaku yang spesifik dengan stimulus menyakitkan sampai
stimulus tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Teknik ini juga biasanya
berupa kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan. Serta sering
digunakan untuk membantu klien mengontrol diri sebagai coping masalah
terhadap obesitas, merokok, alcohol, dan sexual deviation.
7.Terapi Pembanjiran dan Implosive
Teknik
pembanjiran terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang
tanpa penguatan. Sedangkan terapi implosive berasumsi bhw tingkah laku neurotic
melibatkan penghindaran terkondisi terhadap stimulus-stimulus penghasil
kecemasan.
video:
Teknik terapi Humanistik-Eksistensial
Terapi humanistik-eksistensial
memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Terpi ini juga lebih
memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa masa sekarang “di
sini dan kini” dab bukan masa lampau. Terapi humanistik-eksistensial ini juga
sama seperti psikodinamik yaitu keduanya menekan bahwa peristiwa-peristiwa dan
pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan
perasaan-perasaan individu sekarang, dan keduanya juga berusaha memperluas
pemahaman diri dan kesadaran diri pasien.
1.Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
Terapi
ini disebut juga client-centered therapy (terapi
yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan
orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-maalah penyesuaian diri
yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki
kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan
diri. Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi
karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi
diri.
2.Gestalt Therapy (Fritz
Perls)
Prinsip yang ada pada terapi ini adalah setiap individu harus
menemukan jalan hidupnya sendiri dan menemukan tanggung jawab pribadi bila
ingin mencapai kematangan. Dasar terapi ini adalah adanya anggapan bahwa
individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, pintar
dalam mengambil keputudsn pribadi, namun mengambil keputusan terbaik bagi
aktualisasi diri secara mandiri, memiliki potensi, identitas dan keunikan diri,
selalu tumbuh dan mampu berubah. Tugas utama terapis adalah membantu klien
mengalami sepernuhnya keberadaannya disini dan sekarang.
3.Transactional Analysis
(Eric Berne)
Terapi ini merupakan bentuk terapi yang lebih memfokuskan
pada kemampuan individu untuk mengambil keputusan baru. Terapi ini juga
menekankan aspek kognitif-rasionall-behavioral dalam membuat keputusan baru.
4. Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
Menurut
Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan
untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku
rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan
bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional
seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi
yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional
tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional,
yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka,
sangat personal, dan irasional
5. Existential Analysis (Rollo May, James F. T.
Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
Konsep
dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa
lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol
kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri
sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan
perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya,
rasa bersalah , putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan
sistem terapi yang komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari
sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang
sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien
sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.
video:
Sumber:
Semiun,
Y. (2006).Kesehatan mental 3. Jakarta: Kanisius.
Corey, G. (2009). Konseling dan
psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kartono, K. (2009). Kamus psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Fadhli, A. (2010). Buku pintar kesehatan anak. Yogyakarta:Penerbit
Pusaka Anggrek
Perkenalkan nama saya Irna Musdalifa. Biasa dipanggil Ina. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 30 April 1996. SD saya bersekolah di SDN Cawang 014 pagi, bersekolah SMP di SMP Negeri 182 Jakarta Selatan dan ketika SMA saya bersekolah di SMA Negeri 62 Jakarta Timur. Setelah 12 tahun bersekolah sekarang saya melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi di Universitas Gunadarma dan mengambil jurusan psikologi.