Teori Kepribadian Sehat
Aliran Psikoanalisis
Psikoanalisa merupakan
aliran psikologi yang paling dikenal dan memiliki banyak pengaruh dalam dunia
psikologi dan di bidang lainnya. Sebagai contoh penyembuhan penderita sakit
mental dengan melakukan terapi. Pencetus psikoanalisa awalnya adalah Sigmund
Freud.
Disini
saya akan menjelaskan teori psikoanalisa dari Sigmund Freud dan kemudian
dikaitkan dengan kepribadian yang sehat.
Psikoanalisa
adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Freud pada awalnya memang
mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan
jiwa dan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa
kebanyakan apa yang individu lakukan dan pikiran hasil dari keinginan yang
mencari permunculan dalam perilaku dan pikiran.
Hipotesis
pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar
ditentukan oleh motif-motif tidak sadar, sehingga Sigmund Freud dijuluki sebagai
bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran. Pada dekade awal abad
20, psikoanalisa semakin populer dan tulisan-tulisan Freud semakin berpengaruh.
Dia juga memiliki banyak pengikut yang terkenal, antara
lain Jung dan Adler. Mulai terbentuk forum-forum diskusi
rutin antar ahli psikoanalisa dimana mereka dapat membicarakan konsep-konsep
psikoanalisa. Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum
populer. Namanya baru terkenal, ketika seorang sarjana psikologi
Amerika
yang bernama G.Stanley Hall mengundang Sigmund Freud untuk
memberikan serangkaian kuliah di Universitas Clark di Worcester, Masschusetts.
Freud Membagi Tingkat Kehidupan Mental menjadi 3 bagian,yaitu:
1.
Alam Tidak Sadar ( Unconscious )
Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan,
desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong
perkataan, perasaan, dan tindakan kita.
2.
Alam Bawah Sadar (Preconscious)
Alam bawah saar ini memuat semua elemen yang tidak disadari,
tetapi bisa muncul dalam keadaan dengan cepat atau agak sukar (Freud,
1933/1964)
3.
Alam Sadar (Conscious)
Alam sadar yang memainkan peran takberarti dalam teori
psikoanalisa di definisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat
berbeda dalam kesadaran.
Freud
membagi Wilaya Pikiran menjadi 3 bagian yaitu; Id,Ego dan Super Ego
1. Id
Id merupakan aspek biologis yang strukturnya paling mendasar
dari kepribadian. Id juga merupakan sistem kepribadian yang asli, dimana id
sebagai rahim tempat berkembangan ego dan superego. Id berisikan segala sesuatu
yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan reservoir energi psikis.
Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah darimana id mendapatkan
energinya. Id memiliki 2 proses yaitu proses primer dan tindakan refleksi. Id
terdiri dari dorongan – dorangan biologis seperti makan, sex dan agresifitas.
2. Ego
Ego merupakan aspek psikologis yang berkembang dari id yang
struktur kepribadianya mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas
perilaku manusia. Ego timbul karena kebutuhan – kebutuhan organisme memerlukan
transaksi – transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Perbedaan
pokok antara id dan ego adalah id hanya mengenal kenyataan subjektif jiwa
sedangkan ego membedakan antara hal – hal yang terdapat dalam batin dan hal –
hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego disebut juga sebagai eksekutif
kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu arah tindakan, memilih segi lingkungan
kemana ia akan membri respon dan memutuskan insting mana yang akan dipuaskan.
3. Superego
Superego merupakan aspek sosiologis yang merefleksikan nilai
– nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Gambaran kesadaran
akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat,
agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasarnya
superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan
seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu
berorientasi pada kesempurnaan.
Kepribadian yang Sehat Menurut Aliran
Psikoanalisa
1.
Kepribadian yang sehat menurut Freud
adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
- Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
- Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.
- Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak-anak yang traumatis.
- Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan.
- Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
- Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
- Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
- Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
Aliran
Humanistik
Istilah psikologi humanistik
(Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada
awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam
mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran
intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan
behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a
third force) karena humanistik muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang
manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut aliran humanistik
kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang
terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat
adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang
terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah
mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap
individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Pendapat Allport tentang Kesehatan Mental
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan
kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang
“diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang
akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan
memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.
Proprium menunjuk kepada sesuatu
yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self)
terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi
seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik.
Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang dari masa bayi
sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi
perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan
dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah
susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
1. “Diri”
jasmaniah.
Kita tidak dilahirkan dengan
suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri (“saya”)
dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat
pertama perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran akan
“saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda
yang dipegang dalam jari-jarinya.
2. Identitas
diri.
Pada tingkat kedua perkembangan,
muncullah perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan
identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari
namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin adalah bayangan yang sama
seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau
“diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
3. Harga
diri.
Tingkat ketiga dalam
perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal ini
menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar
mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini
merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila orang tua
menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang
timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
4. Perluasan
diri (self extension).
Tingkat perkembangan diri
berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai
menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa
beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang
“kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas
dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
5. Gambaran
diri.
Gambaran diri berkembang
pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan
pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi
antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa
orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu
dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan
orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral
serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
6. Diri
sebagai pelaku rasional.
Setelah anak mulai
sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan
dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah
serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan
tantangan-tantangan intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan
masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
7. Perjuangan
proprium (propriate striving).
Dalam masa adolesensi,
perjuangan proprium (propriate striving), tingkat terakhir tingkat terakhir dalam
perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi
merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari
identitas diri yang baru, segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini
adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk
pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian
jangka panjang.
Perkembangan dari daya dorong
kedepan, intensi-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu
mendorong kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran yang menentukan” ini dalam
pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat.
Tujuh tingkat diri atau proprium
ini berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi. Suatu kegagalan atau
kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan
tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari
tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan demikian
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan
kepribadian yang sehat.
7 Kriteria Kematangan
Tujuh criteria kematangan ini merupakan
pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.
Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka
diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat
hanya pada individu kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan
citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh.
Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam
beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri
ke dalam aktivitas.
2.
Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam
kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman
dan kapasitas untuk perasaan terharu.
3.
Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang
sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang
sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu
aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam
saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis
menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali
memperlihatkan kemarahan atau kebencian.
4.
Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang
dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali
harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas.
Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5.
Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan
menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu,
suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu
secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam
pekerjaan kita.
6.
Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai
suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang
neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam
merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
7.
Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil
memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa
depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan)
adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang
mempersatukan.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik,
perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1.
Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan
dan konsentrasi sepenuhnya.
2.
Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara
yang aman dan tidak berbahaya.
3.
Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi
pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4.
Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5.
Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai
pandangan sebagian besar orang.
6.
Memikul tanggung jawab.
7.
Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8.
Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki
keberanian untuk menghentikannya
Sumber :
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta