This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 01 April 2017

Teknik-Teknik Terapi dalam 3 Mazhab Psikologi

Teknik psikodinamik


Terapi psikoadinamik adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud. Tujuan psikodinamik adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan kecemasannya. Hal ini yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi hal-hal yang menekan penderita. Metode terapi ini dilakukan pada saat penderita skizofrenia sedang tidak “kambuh”. Macam terapi psikoanalisa adalah:   


      1.      Asosiasi Bebas
Suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu. Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya. Pada teknik ini, penderita didukung untuk bisa berada dalam kondisi rileks baik fisik maupun mental dengan car berbaring di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks atau tertidur, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal/lisan.
      2.      Analisis Mimpi
Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
      3.      Penafsiran
Suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi. Caranya dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran ini sendiri adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih jauh.
      4.      Analisis dan Penafsiran Resistensi
Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya. Resistensi merupakan pengulangan semua operasi defensive yang telah digunakan pasien dalam kehidupan masa lampaunya. Semua variasi gejala psikis mungkin digunakan untuk tujuan resistensi dan resistensi itu beroperasi melalui ego pasien. Meskipun beberapa aspek dari suatu resistensi mungkin sadar, namun suatu bagian yang penting diadakan oleh ego tak sadar.
      5.      Analisis dan Penafsiran Transferensi
Teknik utama dalam psikoanalisa karna mendorong klien untuk menghidupkan embali ke masa lalunya dalam terapi. Analisis transferensi terjadi kalau dalam pertemuan terapi terungkap adanya dispalcement dalam diri pasien. Hal itu terjadi kalau pasien mengalihkan sasaran perasaan cinta atau bencinya kepada terapis yang menanganinya. Transferensi itu menunjukkan kebutuhan pasien untuk mengekspresikan kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar, terapis sering jadi sasaran atau pengganti. Di sini terapis berusaha untuk menjelaskan perasaan-perasaan yang sedang dialami atau yang diekspresikannya pada terapis, sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai kesulitan yang sedang dialami.

video: 


Teknik terapi behavioristik



Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik dan peran, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata. Para terapis mencoba menentukan stimulus yang mengawali respons malasuai (gangguan nonpsikotik) dan kondisi lingkungan yang menguatkan atau mempertahankan perilaku itu.


1.       Disentisasi Sistematis
Teknik terapi ini dikembangkan oleh Joseph Wolpe. Digunakan pada orang-orang yang memiliki kecemasan, phobia, dan penghindaran diri. Prosedur dalam teknik terapi ini:
a. Klien diminta untuk membuat hirarki ketakutan atau kecemasan (dari taraf rendah hingga tinggi)
b. Masalah dijelaskan oleh klien
c. Klien mempelajari dan melakukan teknik relaksasi, maka dilakukan pula hirarki kecemasan.
2.    Exposure Therapy
Teknik ini menghilangkan atau mengurangi perilaku menyimpang yang berkaitan dengan kecemasan. Prosedur pada teknik ini ialah klien langsung dihadapkan pada stimulus atau situasi yang membuatnya menjauh atau takut. Terapi ini dapat dilakukan dalam kehidupan nyata (in vivo) atau dibayangkan (in imagino).
3.    Assertiveness Training
Teknik ini dilakukan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang benar. Latihan atau teknik ini dapat membantu orangorang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan atau kemarahan karena tersinggung dan memiliki kesulitan dalam mengatakan tidak.
4.    Manajemen Kontingensi
Teknik ini menggunakan teori pengkondisian operan Skinner. Manajemen kontingensi menggunakan kontrak tertulis formal antara klien dan terapis yang mencantumkan sasaran perubahan perilaku, bala bantuan, penghargaan yang diberikan, dan hukuman bila gagal memenuhi tuntutan perjanjian.
5.    Token Ekonomi
Strategi pembentukan perilaku ini bergantung pada penguatan untuk memodifikasi perilaku. Klien dipebolehkan untuk mendapatkan token yang dapat ditukar dengan hak-hak istimewaatau barang-barang yang diinginkan. Teknik ini biasa digunakan di kelas normal, seperti TK, tempat rehabilitasi, penjara, dan lain-lain.
6.    Aversion Therapy
Teknik aversion merupakan terapi yang paling kontroversi. Teknik ini digunakan untuk meredakan gangguan perilaku yang spesifik dengan stimulus menyakitkan sampai stimulus tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Teknik ini juga biasanya berupa kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan. Serta sering digunakan untuk membantu klien mengontrol diri sebagai coping masalah terhadap obesitas, merokok, alcohol, dan sexual deviation.
7.    Terapi Pembanjiran dan Implosive
Teknik pembanjiran terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa penguatan. Sedangkan terapi implosive berasumsi bhw tingkah laku neurotic melibatkan penghindaran terkondisi terhadap stimulus-stimulus penghasil kecemasan.

video:



Teknik terapi Humanistik-Eksistensial



Terapi humanistik-eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Terpi ini juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa masa sekarang “di sini dan kini” dab bukan masa lampau. Terapi humanistik-eksistensial ini juga sama seperti psikodinamik yaitu keduanya menekan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan keduanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien.

1.      Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
Terapi ini disebut juga client-centered therapy (terapi yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-maalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri.

2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Prinsip yang ada pada terapi ini adalah setiap individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menemukan tanggung jawab pribadi bila ingin mencapai kematangan. Dasar terapi ini adalah adanya anggapan bahwa individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, pintar dalam mengambil keputudsn pribadi, namun mengambil keputusan terbaik bagi aktualisasi diri secara mandiri, memiliki potensi, identitas dan keunikan diri, selalu tumbuh dan mampu berubah. Tugas utama terapis adalah membantu klien mengalami sepernuhnya keberadaannya disini dan sekarang.

3.      Transactional Analysis (Eric Berne)
Terapi ini merupakan bentuk terapi yang lebih memfokuskan pada kemampuan individu untuk mengambil keputusan baru. Terapi ini juga menekankan aspek kognitif-rasionall-behavioral dalam membuat keputusan baru.

4.   Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional
5.  Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya, rasa bersalah , putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.
video:


Sumber:

Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Jakarta: Kanisius.

Corey, G. (2009). Konseling dan psikoterapi.  Bandung: Refika Aditama.

Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Kartono, K. (2009). Kamus psikologi. Bandung: Pionir Jaya.

Fadhli, A. (2010). Buku pintar kesehatan anak. Yogyakarta:Penerbit Pusaka Anggrek