This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 28 November 2016

Kasus Transaksional dan Transformasional

Kepemimpinan Transaksional


Pemimpin yang membimbing atau memotivasi para pengikut mereka pada arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka.

Contoh kasus:
Jakarta - Kabar gembira bagi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyiapkan bonus bagi para pegawai DJBC.

Jumlahnya cukup menggiurkan yaitu hingga 4 kali gaji pokok. Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 
Nomor 144/PMK.02/2016 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif atas Pencapaian Kinerja di Bidang Cukai.

Dalam pasal 1 ayat 2 PMK, Sri Mulyani menyebut bonus sebagai apresiasi yang diberikan kepada DJBC atas capaian kinerja di bidang cukai. Apresiasi tersebut berupa alokasi anggaran yang ditetapkan melalui APBN yang diperuntukkan sebagai tambahan imbalan bagi pegawai DJBC.

Sedangkan ayat 2 menyebutkan, pencapaian kinerja cukai adalah tercapainya target di bidang cukai dalam upaya pemerintah untuk pengendalian konsumsi barang-barang tertentu. Pengendalian itu melalui instrumen pengenaan cukai dalam kurun waktu 1 tahun anggaran.

Adapun bonus diberikan kepada pegawai DJBC yang berada di unit atau satuan kerja yang berkontribusi langsung pada pencapaian kinerja cukai. Bonus itu berupa 3 kali gaji pokok dan 3 kali tunjangan kinerja jika pencapaian kinerja 100% sampai 110%. Kemudian, 4 kali gaji pokok dan 4 kali tunjangan kinerja jika pencapaian kinerja di atas 110%.

Selain itu, Sri Mulyani juga memberikan bonus bagi pegawai DJBC yang berada di unit atau satuan kerja namun tidak berkontribusi langsung pada pencapaian kinerja cukai. Bonus itu berupa 2 kali gaji pokok dan 2 kali tunjangan kinerja jika pencapaian kinerja 100% sampai 110%. 

"3 kali gaji pokok dan 3 kali tunjangan kinerja jika pencapaian kinerja di atas 110%," Tulis PMK 144, seperti dikutip dari situs Kementerian Keuangan.

Pemberian bonus ini berdasarkan pada beberapa indikator pencapaian kinerja di bidang cukai, yaitu:

1. Realisasi penerimaan cukai yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (bobot kinerja 20%) 
2. Kepuasan pengguna jasa (bobot kinerja 15%). 
3. Realisasi janji layanan unggulan di bidang cukai (bobot kinerja 15%) 
4. Waktu pelayanan pengambilan pita cukai (bobot kinerja 15% )
5. Penyelesaian rumusan peraturan di bidang cukai (bobot kinerja 10%) 
6. Kepatuhan pengusaha Barang Kena Cukai yang dimonitor (bobot kinerja 10%) 
7. Efektivitas penyampaian materi sosialisasi dan penyuluhan di bidang cukai (bobot kinerja 5% )
8. Kepatuhan pengguna fasilitas cukai yang dimonitor (bobot kinerja 5%) 
9. Policy recommendation di bidang cukai hasil pengawasan yang ditindaklanjuti (bobot kinerja 5%)

Peraturan ini diteken Sri Mulyani pada Selasa, (27/9/2016), dan mulai berlaku sejak Rabu (28/0/2016). (hns/hns)

Analisis kasus:

Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati menyiapkan bonus bagi para pegawai DJBC. Bonus yang diberikan kepada pegawai DJBC yang berasa di unit atau satuan kerja yang berkontribusi langsung pada pencapaian kinerja cukai. Kebijakan ini dituangkan dalam peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 144/PMK.02/2016 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Intensif atas Pencapaian Kinerja di Bidang Cukai. Pemberian bonus tersebut harus memenuhi indikator pencapaian kinerja di bidang cukai seperti dalam berita di atas. Pada kasus ini, Menteri keuangan Indonesia menggunakan gaya kepemimpinan transaksional karena beliau memotivasi para pegawai DJBC untuk pencapaian kinerja di bidang cukai tersebut.

Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampikan kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan memengaruhi yang luar biasa.

Contoh kasus:


Analisis kasus:

Andrea Jung adalah ketua CEO Avon Product Inc., membuktikan bahwa seseorang bisa melakukan hal itu. Tugas awalnya di Avon adalah menciptakan sebuah merek global. Itulah yang dilakukannya Jung mengintegrasikan dan menstrandarisasikan logo perusahaan, kemasan, dan iklan untuk menciptakan suatu kesan yang seragam dan ia terus menerus menekankan slogan korporasi saat ini, “Perusahaan bagi kaum perempuan”. Akhirnya Jung pun pada tahun 1999 di tunjuk untuk menjadi CEO oleh perusahaannya. Jatuh bangun yang Jung rasakan pada awal-awal menjadi CEO. Kemudian Jung pun mengeluarkan produk terbaru sejenis krim anti penuan kulit yang telah menjadi andalan dengan sangat cepat, jenis-jenis vitamin dan terpai yang baru. Ia meniupkan kehidupan baru ke barisan “Avon Ladies”. Kemudian ia pun membuat program pemasaran berjenjang (MLM) yang memberikan penghargaan kepada para penjual yang bisa merekrut perwakilan baru. Akhirnya dengan agresif merambah pasar internasional, Avon sekarang memenangkan hampir dua pertiga penjualan kosmetik dunia senilai $6,2 miliar dari luar Amerika Serikat. Setelah 6 tahun melakukan pekerjaan ini, kepemimpinan Jung benar-benar memengaruhi kinerja Avon. Sejak Jung mengambil posisi CEO keuntungan meningkat kurang lebih 21.5 persen pertahun. Harga saham Avon pun meningkat 142 persen, dibandingkan dengan performa yang mediaoker dari indeks saham S&P-500 selama kurun waktu yang sama.

Sumber Teori:

Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Sumber Berita:
http://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3315196/sri-mulyani-siapkan-bonus-hingga-4-kali-gaji-pokok-untuk-pegawai-bea-cukai
https://www.scribd.com/doc/75900600/Andrea-Jung

Definisi, Komponen, Jenis, dan Gaya Kepemimpinan

Definisi Kepemimpinan


Pada dasarnya kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang strategis, karena kepemimpinan dapat menggerakkan, memberdayakan, dan mengarahkan sumber daya secara efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan. Keberadaan kepemimpinan menjadi lebih penting untuk mengembangkan visi dan misi organisasi masa depan.

            Berbagai pendapat para ahli mendefinisikan pengertian kepemimpinan (leadership) dengan analisa dari sudut pandang yang berbeda, antara lain sebagai berikut:

      1.      Ordway Tead (1935)
“Leadership is the activity of influencing people to coorperate some goal which come to find desirable”
(Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan)
      2.      Harold Koontz & Cyrill O’Donnelle (1976)
“Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence”
(Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu)
      3.      Gary Yukl
“Leadership is the process of influencing other to understand and agree about what needs to be done and how it can be done effectively, and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish the shared objectives”
(Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama)


Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa kepemimpinan adalah salah satu fungsi manajemen yang strategis karena aktivitasnya mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama dalam kegiatan individu ataupun kelompok, untuk memahami apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif. Kegiatan itu dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dalam situasi tertentu.

Komponen Kepemimpinan

Dari aspek definisi tersebut, terdapat komponen penting dalam kepemimpinan yaitu sebagai berikut:
      1.      Pengaruh
Pengaruh adalah pengaruh; dimana kepemimpinan terjadi karena adanya proses pengaruh. Pemimpin mempengaruhi bawahan atau pengikut kearah yang diinginkan.
      2.      Legitimasi
Kepemimpinan adalah legitimasi; dimana legitimasi merupakan pengakuan/ pengukuhan atau pengesahan kedudukan pemimpin, dan legitimasi juga merupakan posisi formal dari kekuasaan (power) dalam organisasi
      3.      Tujuan
Kepemimpinan adalah pencapaian tujuan; dimana pemimpin berurusan dengan tujuan-tujuan yaitu:
a.       Tujuan individu
b.      Tujuan kelompok
c.       Tujuan organisasi
Pemimpin dipandang individu menurut kepuasan individu dalam melaksanakan perintahnya. Dan pemimpin harus dapat mengusahakan keseimbangan antara tujuan organisasi dengan keinginan bawahan atau oengikut dari hasil yang menyenangkan agar lebih bergairah untuk bekerja.

Jenis-jenis Kepemimpinan

1.      Otoriter
Adalah jenis pemimpin yang berbagai kegiatan yang akan dilakukan dan penetapan keputusan ditentukan oleh pemimpin sendiri (tidak member kesempatan kepada bawahan).

2.      Demokratis
Adalah tipe pemimpin yang berbagai kegiatan dan penetapan keputusan lebih banyak diserahkan pada bawahan.

3.      Populis
Adalah tipe pemimpin yang mampu membangun rasa solidaritas pada bawahan atau pengikutnya.

4.      Kharismatik
Adalah tipe pemimpin yang memiliki nilai ciri khas kepribadian yang istimewa atau wibawa yang tinggi sehingga sangat dikagumi dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap bawahan atau pengikutnya.

5.      Kooperatif
Kepemimpinan ciri khas Indonesia, yaitu kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, memiliki wibawa dan daya untuk membawa dan memimpin masyarakat lingkungannya ke dalam kesadaran kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Jenis-jenis gaya kepemimpinan


            Dalam teori kepemimpinan terdapat dua jenis gaya kepemimpinan yang utama yaitu:
      1.      Gaya berotientasi pada tugas (task oriented).
Gaya pemimpin yang memusatkan perhatiannya pada tugas, yaitu penetapan dan menstruktur tugas. Dalam hal ini termasuk pembagian kerja, penjadwlan, system prosedur (sisdur), petunjuk pelaksanaan (juklak), dan sebagainya yang kesemuanya mencakup penekanan aspek teknis atau penyelesaian tugas pekerjaan.

      2.      Gaya berorientasi pada orang (people oriented).
Gaya pemimpin yang memusatkan perhatiannya pada orang, yaitu hubungan antar pribadi. Dalam hal ini mencakup saling percaya, menghargai gagasan bawahan, membangun kerjasama, peka terhadap kebutuhan dan kesejahteraan bawahan.

            Pada kenyataannya gaya kepemimpinan tersebut berkembang dan bervariasi sesuai dengan faktor karakter situasional. Gaya berorientasi pada tugas cenderung sebagai gaya otokratis, gaya beriorientasi pada orang cenderung sebagai gaya demokratis, dan gaya berorientasi pada kombinasi keduanya (tugas dan orang) cenderung sebagai gaya moderat.
     -          Gaya otokratis: gaya yang berdasarkan atas posisi dan penggunaan otoritas dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
      -          Gaya demokratis: gaya yang berkaitan dengan kekuatan personal dan partisipasi pengikut dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
      -          Gaya moderat: gaya yang berorientasi pada iman, ilmu, amal, dan visi masa depan.

      Daftar pustaka:
      Soekarso & Putong, Iskandar. (2015). Kepemimpinan kajian teoritis dan praktis. Yogyakarta: Mitra         Wacana Media.